HAKIKAT PUASA 4
Di antara adab puasa
khusus adalah menundukkan pandangan, menjaga lisan dari ucapan haram yang
menyakiti (orang lain) atau ucapan makruh (tidak dicintai oleh Allah) atau
sesuatu yang tidak berfaidah, dan menjaga anggota-anggota tubuh lainnya
Sesungguhnya bagi setiap ibadah terdapat hukum dan adab yang perlu diperhatikan oleh seorang hamba yang hendak menunaikannya. Terlebih lagi jika ibadah tersebut adalah ibadah yang sangat agung dan memiliki kekhususan tersendiri, seperti ibadah puasa yang sedang kita pelajari ini.
Sesungguhnya bagi setiap ibadah terdapat hukum dan adab yang perlu diperhatikan oleh seorang hamba yang hendak menunaikannya. Terlebih lagi jika ibadah tersebut adalah ibadah yang sangat agung dan memiliki kekhususan tersendiri, seperti ibadah puasa yang sedang kita pelajari ini.
Al-‘Allamah Ahmad bin Abdir
Rahman bin Qudamah Al-Maqdisi rahimahullah, yang dikenal
dengan nama Ibnu Qudamah, dalam kitabnya Mukhtashar Minhajil Qashidin mengatakan,
اعلم:
أن في الصوم خصيصة ليست فى غيره، وهى إضافته إلى الله عز وجل حيث يقول سبحانه:
“الصوم لى وأنا أجزى به” 1 ، وكفى بهذه الإضافة شرفاً، كما شرَّف البيت بإضافته
إليه فى قوله: {وَطَهِّرْ بَيْتِيَ} (الحج: 26)
“Ketahuilah,
bahwa puasa memiliki kekhususan yang tidak terdapat dalam ibadah yang lainnya,
yaitu disandarkannya ibadah puasa ini kepada Allah ‘Azza wa Jalla, yang mana
Allah Subhanahu berfirman “Puasa adalah untuk-Ku, dan Aku sendiri yang akan
membalasnya.” Cukuplah penyandaran ini sebagai sebuah kemuliaan, sebagaimana
Allah telah memuliakan Al-Baitul Haram dengan menyandarkannya
kepada-Nya dalam firman-Nya {وَطَهِّرْ بَيْتِيَ} Dan
sucikanlah rumah-Ku (Al-Hajj: 26)”
وإنما
فضل الصوم لمعنيين:
–
أحدهما: أنه سرّ وعمل باطن، لا يراه الخلق ولا يدخله رياء.
–
الثاني: أنه قهر لعدو الله، لأن وسيلة العدو الشهوات، وإنما تقوى الشهوات بالأكل
والشرب، وما دامت أرض الشهوات مخصبة، فالشياطين يترددون إلى ذلك المرعى، وبترك
الشهوات تضيق عليهم المسالك.
Sesungguhnya
keutamaan puasa dikarenakan dua faktor:
- Puasa adalah ibadah yang dilakukan secara rahasia dan amal batin,
(pada umumnya) makhluk tidak mengetahuinya dan ibadah tersebut tidak
terkontaminasi riya`.
- Puasa itu mampu menaklukkan musuh Allah karena pintu masuk musuh
Allah (menyimpangkan manusia) adalah syahwat, sedangkan syahwat menguat
dengan makan dan minum. Selama lahan syahwat itu subur (syahwat dituruti),
maka setan-setan pun hilir -mudik ke lahan santapannya tersebut. Dengan
meninggalkan syahwat lah akan sempit jalan-jalan bagi mereka (setan-setan)
(Mukhtashar Minhajil Qashidin, hal. 43 (PDF).
Tentunya
suatu ibadah yang memiliki keistimewaan seperti itu sangat perlu untuk kita
lakukan adabnya sebaik-baiknya. Apalagi jika telah kita ketahui bersama dalam
artikel sebelumnya (bacalah artikel: Hakikat Puasa (3)),
bahwa ibadah puasa memiliki beberpa tingkatan, yang jelas tidaklah bisa
diraih dengan sempurna tingkatan demi tingkatan itu, kecuali dengan melakukan
adab-adabnya.
Ibnu
Qudamah rahimahullah menjelaskan sebagian dari adab-adab
tersebut,
فمن
آداب صوم الخصوص: غض البصر، وحفظ اللسان عما يؤذى من كلام محرم أو مكروه، أو ما لا
يفيد، وحراسة باقي الجوارح. وفى الحديث من رواية البخارى، أن النبى صلى الله عليه
وسلم قال: ” من لم يدع قول الزور والعمل به، فليس لله حاجة في أن يدع طعامه
وشرابه“
“Di
antara adab puasa khusus adalah menundukkan pandangan, menjaga lisan dari
ucapan haram yang menyakiti (orang lain) atau ucapan makruh (tidak dicintai
oleh Allah) atau sesuatu yang tidak berfaidah, dan menjaga anggota-anggota
tubuh lainnya (dari melakukan perbuatan haram atau makruh, pent.). Dalam Hadits
dari riwayat Al-Bukhari, bahwa sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, ‘Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan
dan perbuatan yang haram, maka Allah tidak menginginkan aktifitas meninggalkan
makan dan minum yang dilakukannya (puasanya)’.
ومن
آدابه: أن لا يمتلئ من الطعام في الليل، بل يأكل بمقدار، فإنه ما ملأ ابن آدم
وعاءً شراً من بطن. ومتى شبع أول الليل لم ينتفع بنفسه فى باقيه، وكذلك إذا شبع
وقت السحر لم ينتفع بنفسه إلى قريب من الظهر، لأن كثرة الأكل تورث الكسل والفتور،
ثم يفوت المقصود من الصيام بكثرة الأكل، لأن المراد منه أن يذوق طعم الجوع، ويكون
تاركاً للمشتهى.
Di
antara adab-adab puasa khusus adalah (perut) tidak terpenuhi dengan makanan
pada malam hari, bahkan makan secukupnya, karena sesungguhnya, tidaklah manusia
memenuhi wadah yang lebih buruk daripada perutnya. Kapan saja seseorang
itu kenyang di awal malam, maka ia tidak mampu menggunakan tubuhnya (untuk
melakukan kebaikan) di sisa waktu malam tersebut dan demikian pula jika ia
kenyang saat waktu sahur, maka ia tidak mampu menggunakan tubuhnya (untuk
melakukan kebaikan) sampai waktu mendekati zhuhur. Karena kebanyakan makan
membuahkan kemalasan dan kelemahan semangat, lalu terluput maksud puasa dengan
banyak makan, karena yang diinginkan (dalam puasa) adalah merasakan lapar
hingga (dengan sebabnya) ia menjadi orang suka meninggalkan sesuatu yang
disukai oleh hawa nafsunya (secara melampui batas) (Mukhtashar Minhajil
Qashidin, hal. 44 (PDF)).
Fadhilatusy
Syaikh DR. Sami Ash-Shuqoir hafizhahullah –salah satu
dari tiga masyayikh yang ditunjuk oleh Syaikh Ibnu ‘Utsaimin sebagai pengganti
beliau mengasuh markas ilmiyyahnya- pernah menjelaskan tentang adab-adab puasa,
secara ringkas beliau menyebutkan ada dua adab yang perlu diperhatikan oleh
orang yang berpuasa, yaitu:
1. Adab-adab yang wajib dilakukan oleh orang yang
sedang berpuasa
Melaksanakan
kewajiban berupa ucapan ataupun perbuatan, yang umum maupun yang khusus terkait
dengan ibadah puasa, seperti: Bertauhid (dan ini kewajiban yang terbesar),
memenuhi rukun puasa yang wajib dilakukan, kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar
dan shalat berjama’ah bagi laki-laki yang sudah baligh, menjauhi ucapan dan
perbuatan yang haram, baik yang umum maupun yang khusus terkait dengan ibadah
puasa, seperti pembatal puasa Ramadhan, bersaksi palsu, ucapan batil, melangkah
menuju tempat-tempat kemaksiatan.
2. Adab-adab yang sunnah yang tertuntut dilakukan
oleh orang yang sedang berpuasa
Ibadah
puasa juga memiliki adab-adab puasa yang sunnah dilakukan. Walaupun tidak
sampai wajib hukumnya, namun sangat penting dilakukan untuk kesempurnaan ibadah
puasanya dan membantu meraih hakikat puasa dan maksudnya, seperti: makan sahur,
menyegerakan berbuka, shalat Tarawih, dzikir, shadaqah, dan yang lainnya.
Ketahuilah, bahwa memperbanyak ketaatan pada Allah saat puasa bulan Ramadhan
sangat ditekankan, terlebih lagi membaca Al-Qur’an, karena bulan Ramadhan
adalah bulan Al-Qur’an, bulan kebaikan dan bulan barakah.
Semoga
Hadits berikut menjadi pendorong bagi kita untuk berlomba-lomba beribadah dan
beramal shaleh pada bulan Ramadhan. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu
‘anhuma berkata,
«كَانَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ بِالخَيْرِ، وكَانَ
أَجْوَدَ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ جِبْرِيلُ
عَلَيْه السَّلَامَ يَلْقَاهُ كُلَّ لَيْلَةٍ فِي رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِخَ،
يَعْرِضُ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّمَ القُرْآنَ، فَإِذَا
لَقِيَهُ جِبْرِيلُ عَلَيْه السَّلَامَ كَانَ أَجْوَدَ بِالخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ
المُرْسَلَةِ»
“Dahulu
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang
paling dermawan dalam melakukan kebaikan. Dan beliau paling
dermawan ketika bulan Ramadhan saat Jibril ‘alaihissalam
menemuinya. Jibril ‘alaihis salam menjumpai beliau setiap malam di bulan
Ramadhan sampai Ramadhan berlalu. Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam
menyetorkan hafalan AlQur’an kepadanya. Sungguh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam lebih dermawan melakukan kebaikan daripada angin
yang bertiup” (HR. Al-Bukhary dan Muslim).